banner

Rabu, 07 September 2011

by Antonius Arif
Saat saya belajar Ego state therapy dengan Gordon Emmerson mengambil sertifikasi dan Diploma dengan beliau, saya banyak mendapat pelajaran berharga. Saya belajar di Gestalt Center, Melbourne, Australia. Ditempat ini, ilmu-ilmu dari Fritz Perl di jalankan dan dilatih disini. Ruangan yang cukup menarik untuk belajar dengan metode pembelajaran yang menurut saya tidak umum di Indonesia. Kelas disediakan kursi-kursi dan juga disediakan bantal-bantal besar dan ktia diperbolehkan untuk mengganti kursi dengan bantal-bantal besar. Wuihhh, makin nyaman belajar disana.
Melbourne bisa dikatakan tempat dengan udara yang cukup dingin dan cukup untuk saya merasa sangat kedinginan, karena Indonesia khususnya Jakarta adalah tempat yang cukup nyaman udaranya buat saya. Suhu di Melbourne kadang kurang bersahabat untuk saya. Apalagi saya kesana sebanyak 4 kali dalam rangka mengambil gelar Diploma Ego State Therapy. Gelar ini adalah gelar tertinggi di bidang Ego State Therapy.
Awalnya saya agak ragu mengambil Ego State Therapy, karena saat saya di Jakarta saya mengira Part Therapy itu ya Ego State Therapy. Apalagi saat saya berpikir apakah saya mau mengambil Gordon Emmerson atau salah satu trainer hypnotherapy yang terkenal yaitu Roy Hunter. Akhirnya sebelum saya berangkat, saya memutuskan untuk membeli buku beliau dan mempelajari dengan seksama. Saya benar-benar amaze bahwa mereka menyebut-nyebut tentang Ego Part Therapy. Apalagi kelas mereka cukup 2 hari saja belajar dan terus bisa mengambil instruktur dengan belajar 2 hari lagi. Saya benar-benar terkejut karena di Ego Part Therapy-nya Roy Hunter itu saya menemukan hal yang sama dengan Part Therapy yang saya pelajari selama ini. Bahkan beberapa kasusnya, Ego Part Therapy kadang tidak mau berbicara dan harus masuk ke dalam somnambulism yang sangat dalam. Apalagi mereka menganjurkan memakai teknik ini untuk pertemuan kedua dan seterusnya. Saya jadi berpikir banyak, apa sih Ego Part Therapy dengan Ego State Therapy? Akhirnya saya putuskan untuk belajar dengan Gordon Emmerson yang belajar langsung dengan John dan Helen Waktins yang terkenal sebagai bapak dan ibu dari Ego State Therapy, apalagi kelas mereka adalah 8 hari totalnya dibagi 4 tahap dalam tempo hampir 1 tahun.
Benar-benar makin amaze saya setelah datang ke sana ditemani cuaca yang cukup aneh. Imajinasikan dalam 1 hari bisa ada 4 musim, pagi dingin, siang panas, sore windy dan malam hujan. Lah saya sempat dianter oleh asisten dari Gordon Emmerson namanya Julie Madden ke kebun binatang Melbourne. Dan saat itu sedang hujan rintik-rintik lalu mereka bilang ini cuaca yang menyenangkan. Wow, come on lah. Hujan kok dibilang menyenangkan. Akhirnya saya baru sadar bahwa dibulan tertentu disana dinginnya bisa 7-8 derajat. Wow…. dingin banget buat saya. Pantesan saya pikir kenapa orang-orang Australia bila datang ke Bali bisa buka baju kalo jalan-jalan apalagi bila hujan rintik-rintik mereka santai aja.
Setelah saya belajar disana, saya sempat konflik karena hari pertama saya bertanya kepada Gordon apakah bedanya Ego State Therapy dan Part Therapy. Apalagi buat saya yang biasa memakai 6 Step Reframming. Gordon bilang bahwa Ego State Therapy itu beda dengan Part Therapy. Part Therapy itu adalah bagian dalam diri kita yang belum tentu ada pengalaman emosi dimasa lalunya sedangkan Ego State ada kata kunci yaitu STATE. State pastilah ada pengalaman emosi di masa lalu. Dan dia menceritakan sejarah Ego State dan Ego Part. Disini saya makin paham dan merasa beruntung bahwa Paul Federn mempunyai murid langsung Edoardo Weiss dan lanjut ke John dan Helen Watkins dan langsung ke Gordon Emmerson lalu lanjut ke saya. Sedangkan Ego Part Therapy itu dikembangkan oleh Charles Tebbets karena beliau mempelajari dari artikel Paul Federn. Jadi kesimpulannya Charles Tebbets bukan belajar langsung dengan Paul Federn, nah inilah yang menyebabkan ilmu ini kenapa berbeda. Tingkat kesembuhan dari Ego Part Therapy tidaklah setinggi Ego State Therapy. Saya juga menemukan hal yang menarik, bahwa pengembang Affect Bridge adalah John Waktins. Dalam hati langsung saya berpikir, pantesan aja Ego State Therapy mencari akar masalah dengan regresi berbeda dengan Part yang tidak bisa diregresi sama sekali.
Lalu kemudian saat saya belajar dengan Gordon Emmerson, saya sempet terbengong-bengong bahwa beliau melakukan regresi yang diberikan nama oleh beliau Resistance Bridging Technique tanpa somnambulism sama sekali. Saya terus terang penasaran sampai saya bertanya berkali-kali. Lah kalau nanti tidak dalam alias somnambulism maka ego statenya nanti tidak mau berbicara. Beliau tertawa dan mengatakan bahwa selama ini dia menterapi orang Ego State Therapy sudah tidak memakai induksi formal atau membuat orang kondisi somnambulism. Semua dilakukan hanya dengan conversation. Bahkan tingkat keakuratannya sangat tinggi. Saya jujur sempat tidak percaya karena menurut saya, kondisi somnambulism itu harus menurut peta saya saat itu. Lalu setelah saya balik ke Jakarta dan saya menterapi klien-klien saya, wow…. semua bisa dilakukan dengan tanpa kondisi somnambulism. Dan tingkat keakuratannya sangat tinggi. Bahkan tingkat keberhasilan menterapi saya juga cukup tinggi. Yang menarik, saya bisa meregresi seseorang dalam waktu 30 menit sebanyak 4 kali. Nah, ini tidak mungkin dilakukan dengan kondisi hypnosis. Karena untuk menginduksi saja sudah memakan waktu 5 menit lalu deepening. Anggaplah total 10 menit, belum mencari masalahnya. Bisa-bisa total 30 menit baru 1 hal saja yang diregresi. Selama ini saya dan rekan-rekan yang telah aktif menggunakan Ego State Therapy belum pernah ada komentar dari mereka bahwa Ego state nya tidak mau berbicara apalagi tanpa kondisi somnambulism. Karena somnambulism atau tidak, tidak ada kaitannya dengan ego state yang tidak mau berbicara. Serta menariknya, kondisi ini bisa sampai underlying state. Bahkan saat pelatihan, banyak alumni saya bisa masuk ke kondisi dalam perut tanpa somnambulism. Aneh kan :) Apalagi saat saya pelatihan, Gordon Emmerson melakukan hingga mental ke past life. Wow, come on. Mana mungkin tidak somnambulism bisa mental ke past life dan dia buktikan itu. Ego State Therapy bisa dilakukan bila sampai klien mental ke past life. Bahkan saya pernah menemukan satu buku yang menceritakan tentang Releasement Spirit Therapy itu mirip dengan teknik Ego State Therapy. Wow, hanya belajar Ego State Therapy saja bisa segini powerfullnya yah. Hmmm menarik sepertinya. Apalagi bisa dikatakan setiap kasus yang bisa ditangani oleh Hipnosis bisa ditangani oleh Ego State Therapy. Semakin menarik kan.
Saya selama belajar Hipnosis, sering mengalami kesulitan dalam melakukan terapi untuk diri saya sendiri. Apalagi saya bukanlah orang yang baik, saya adalah orang yang buruk, but berkat Ego State Therapy, saya bisa menterapi diri saya dan menjadi semakin baik dan semakin baik. Menariknya, saya banyak menggunakan Ego State Therapy untuk mengembangkan kemampuan saya yang dulu saya tidak bisa dan sekarang menjadi bisa serta lebih cepat.
Pemahaman saya mengenai Ego State Therapy semakin terasah setelah saya mengambil Coaching Mastery secara langsung bertatap muka dengan Michael Hall yaitu pendiri Neuro-Semantic NLP serta mengajarkan konsep The Matrix dan Meta State. Saya semakin mengerti konsep-konsep dan pattern-pattern Ego State Therapy hampir mirip dengan pattern Meta State Neuro-Semantic. Saya beruntung belajar dengan Gordon Emmerson dan mengabungkan dengan Michael Hall.
Sampai sekarang saya sudah mengajarkan Ego State Therapy lebih kepada 300 orang di Indonesia dan mereka semua mengatakan hal yang sama. Tidak perlu memakai kondisi somnambulism dan hasilnya juga cukup tinggi. Dan menariknya lagi, Ego State Therapy dapat dilakukan dengan cara mengobrol sehingga orang atau klien yang takut di hipnosis bisa diterapi dengan baik. Karena konsep ini mirip konseling. Apalagi alumni saya sekitar 60% adalah psikolog juga melaporkan hasil yang sama baiknya.
Yang paling menarik, saat saya mensharingkan hasil penemuan baru saya Ego State Therapy kepada Gordon Emmerson yang tanpa perlu melakukan Affect Bridge dan bisa dilakukan untuk anak-anak, family dan marriage consuling, beliau langsung mengatakan kepada saya bahwa saya luar biasa karena memahami konsep Ego State Therapy diluar yang mereka pahami. Bahkan sempat terlontar dari mulut beliau bahwa bisa mensharingkan ke Ego State Conference yang akan diadakan di Jerman akhir tahun ini. Wow, saya terus terang bangga dengan pernyataan dari Gordon kepada saya apalagi beliau mengatakan kepada saya bahwa saya adalah orang satu-satunya di Asia yang belajar dengan Gordon Emmerson apalagi hingga tingkat Diploma. Serta saya juga sudah membuat buku untuk Ego State Therapy dan akan terbit sekitar bulan juni atau juli serta diberikan kata pengantar dari Gordon Emmerson dan Prof Frieda Mangunsong (Guru besar Psikologi UI) ini sebuah kebanggaan untuk saya.
Apalagi sekarang Ego State Therapy berkembang luar biasa ditangan Kang Asep Haerul Gani (Pakar Ericksonian) yang menyisipkan teknik Forgiveness dengan Ego State Therapy dibuku Forgiveness beliau, Tjia Irawan untuk Wheel of Life teknik Coachingnya, serta Ryanti Raditya, Psi (Pemateri Space toon tv) yang menggunakan teknik ini untuk anak-anak puppetry serta bahkan ada yang memakai untuk bisnis dan negosiasi dengan memakai Ego State Therapy dan masih banyak lagi yang saya yakin ke depan akan lebih banyak menjamur lagi. Apalagi dengan diterimanya teknik Ego State Therapy saya oleh Pak Ariesandi pakar Family Therapy serta Master Coach Holistic Success Coach serta pendiri Akademi Hipnoterapi Indonesia untuk di sharingkan kepada lulusan AHI yang sudah terkenal lulusannya terbaik dan berkualitas baik, ini membuat saya semakin bangga. Ini sebuah kebanggaan yang luar biasa, Ego state berkembang di Indonesia dan saya berharap akan menjamur hingga ke negera tetangga.
Dalam waktu kedepan, saya lagi mengembangkan teknik Ego State Therapy dalam melakukan terapi masal tanpa terlalu memikirkan apa yang menjadi masalah mereka. Teknik ini sedang dikembangkan terus untuk mencapai kinerja yang terbaik dalam melakukan terapinya. Jadi ini juga menyimpulkan bahwa Ego State Ttherapy bisa diregresi bahkan dapat dilakukan tanpa somnambulism, serta pasti ego state-nya berbicara, serta bagus juga untuk menterapi diri sendiri yang sedikit sulit dilakukan dengan teknik hypnosis. Karena saya menginginkan semua orang bisa bertransformasi menjadi kupu-kupu yang indah yang sama dengan logo dari School of Mind Reprogramming yang saya dirikan. Bukan hanya saya saja yang punya hak untuk bertransformasi, begitu juga ANDA. Semua orang punya hak yang sama untuk berubah.
Dalam rangka mencetak pribadi yang unggul serta para terapis yang handal serta bisa melakukan terapi ke diri sendiri bukan hanya membantu orang lain, maka saya akan membuka workshop Ego State Therapy yang sekarang sudah berjalan dengan nama Ego State Therapy Fundamental selama 2 hari dan akan dilanjutkan dengan kelas Ego State therapy Mastery selama 4 hari dan juga akan membuka kelas Ego State Coaching selama 3 hari serta tidak menutup kemungkinan akan membuka kelas Instruktur Ego State Therapy atau Ego State Coaching.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar